RUANG LINGKUP BIMBINGAN KONSELING // MATERI KULIAH PGSD

RUANG LINGKUP BIMBINGAN KONSELING // MATERI KULIAH PGSD

Dalam dunia pendidikan tentu kita mengenal mengenai bimbingan konseling, tujuan utama pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar, yaitu untuk membantu siswa agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangan yang meliputi aspek sosial pribadi, pendidikan dan karir sesuai dengan tuntutan lingkungan dan masyarakat, ada beberapa bidang garapan dari bimbingan dan konseling ini, bidang bimbingan yang akan diberikan meliputi tiga bidang garapan. 

Adapun  tiga bidang tersebut, adalah sebagai berikut :
1.    Bimbingan sosial pribadi yang memuat layanan bimbingan yang bersentuhan dengan :
a.    Pemahaman diri
b.    Mengembangkan sikap positif
c.     Membuat pilihan kegaiatan secara sehat
d.    Menghargai orang lain
e.    Mengembangkan rasa tanggungjawab
f.    Mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi
g.    Keterampilan menyelesaikan masalah
h.    Membuat keputusan secara baik

2.    Bimbingan pengembangan pendidikan, memuat layanan yang berkenaan dengan :
a.    Belajar yang benar
b.    Menetapkan tujuan dan rencana pendidikan
c.    Mencapai prestasi belajar secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannyaKeterampilan untuk menghadapi ujian

3.    Bimbingan pengembangan karier, meliputi :
a.    Mengenali macam-macam dan ciri-ciri berbagai jenis pekerjaan
b.    Menentukan cita-cita dan merencanakan masa depan
c.    Mengeksplorasi arah pekerjaan
d.    Menyesuaikan keterampilan, kemampuan dan minat dengan jenis pekerjaan

Adapun menurut para ahli, layanan Bimbingan dan Konseling meliputi empat bidang garapan, seperti yang dikemukakan oleh Muro dan Kottman (Ahman, 1998;2530) yakni:

1.    Layanan Dasar Bimbingan
Layanan ini bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan dasar untuk kehidupannya, dengan muatan materi yakni
a.    Self esteem
b.    Motivasi berprestasi
c.    Keterampilan pengambilan keputusan, merumuskan tujuan dan membuat perencanaan
d.    Keterampilan pemecahan masalah
e.    Kefektifan dalam hubungan antar pribadi
f.    Keterampilan berkomunikasi
g.    Keefektifan dalam memahami lintas budaya
h.    Prilaku yang bertanggungjawab

2.    Layanan responsif
Layanan ini bertujuan untuk mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian siswa yang muncul segera dan dirasakan saat itu, berkenaan dengan masalah sosial pribadi dan karier atau masalah perkembangan pendidikan, muatan materinya mencakup :
a.    Kesuksesan akademik
b.    Kenakalan anak
c.    Masalah putus sekolah
d.    Kehadiran
e.    Sikap dan prilaku terhadap sekolah
f.    Hubungannya dengan teman sebaya
g.    Keterampilan studi
h.    Penyesuaian di sekolah baru

3.    Sistem perencanaan individual
Tujuan layanan ini adalah membantu siswa untuk merencanakan, memonitor dan mengelola rencana pendidikan, karir dan pengembangan sosial pribadi oleh dirinya sendiri. Dengan kata lain, melalui sistem perencanaan individual siswa dapat:
a.  Mempersiapkan pendidikan, karir, tujuan sosial pribadi yang didasarkan atas pengetahuan akan dirinya, informasi tentang sekolah, dunia kerja, dan masyarakat.
b.   Merumuskan rencana untuk mencapai tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan tujuan jangka panjang.
c.    Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian tujuannya
d.    Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya
e.    Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya

4.    Sistem pendukung
Komponen sistem pendukung lebih diarahkan kepada pemberian layanan dan kegiatan manajemen yang secara tidak langsung bermanfaat bagi siswa. Layanan ini mencakup :
a.    Konsultasi dengan guru-guru
b.    Dukungan bagi program pendidikan orang tua dan upaya-upaya masyarakat
c.    Partisipasi dalam kegiatan sekolah bagi peningkatan perencanaan dan tujuan
d.    Implementasi dan program standarisasi instrumen tes
e.    Kerja sama dalam melaksanakan riset yang relevan
f.   Memberikan masukan terhadap pembuat keputusan dalam kurikulum pengajaran, berdasarkan perspektif siswa

Terimakasih telah berkunjung di Blog kami dan membaca artikel ini. Semoga bermanfaat. Setiap Follow, Subscribe, Like, dan Share Sangat Memotovasi saya untuk terus berkarya... Sampai jumpa.!!!

PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN KONSELING // MATERI KULIAH PGSD

PRINSIP-PRINSIP BIMBINGAN KONSELING // MATERI KULIAH PGSD


Prayitno mengatakan : ” Bahwa prinsip merupakan hasil kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan” jadi dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip – prinsip bimbingan dan konseling merupakan pemaduan hasil – hasil teori dan praktek yang dirumuskan dan dijadikan pedoman sekaligus dasar bagi peyelenggaran pelayanan.

2.3.1 Macam – macam prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, prinsip yang digunakan bersumber dari kajian filosofis hasil dari penelitian dan pengalaman praktis tentang hakikat manusia, perkembangan dan kehidupan manusia dalam konteks sosial budaya, pengertian, tujuan, fungsi, dan proses, penyelenggaraan bimbingan dan konseling.

Ada beberapa prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling diantaranya :

a. Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu (guidance is for all individuals). Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu atau peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah, baik pria maupun wanita, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).

b. Bimbingan bersifat individualisasi. Setiap individu bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan individu dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi focus sasaran bantuan adalah individu, meskipun layanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.

c. Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada individu yang memiliki persepsi yang negative terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan , dan peluang untuk berkembang.

d. Bimbingan merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan hanya tugas dan tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah. Mereka sebagi teamwork terlibat dalam proses bimbingan.

e. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan. Bimbingan diarahkan untuk membantu individu agar dapat melakukan pilihan dan dapat mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada individu, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan individu diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi individu untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat. Jones et.al. (1970) berpendapat bahwa kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan individu untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.

f. Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan. Pemberian layanan bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang layanan bimbingan pun bersiafat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, social, pendidikan, dan pekerjaan.

Biasco (Syamsu, 1998:10) mengidentifikasi lima prinsip bimbingan, yaitu sebagai berikut

a. Bimbingan, baik sebagai konsep maupun proses merupakan bagian integral program pendidikan di sekolah. Oleh karena itu bimbingan dirancang untuk melayani semua siswa, bukan hanya untuk anak yang berbakat atau yang mempunyai masalah.

b. Program bimbingan akan berlangsung dengan efektif apabila ada upaya kerjasama antarpersonal sekolah, juga dibantu oleh personel dari luar sekolah, seperti orangtua siswa atau para spesialis.

c. Layanan Bimbingan didasarkan kepada asumsi bahwa individu memiliki peluang yang lebih baik untuk berkembang melalui pemberian bantuan yang terencana.

d. Bimbingan berasumsi bahawa individu, termasuk anak-anak memiliki hak untuk menentukan sendiri dalam melakukan pilihan. Pengalaman dalam melakukan pilihan sendiri tersebut berkontribusi kepada perkembangan rasa tanggung jawabnya.

e. Bimbingan ditujukan kepada perkembangan pribadi setiap siswa, baik menyangkut aspek akademik, sosial, pribadi, maupun vokasional.

Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu baik secara perorangan maupun kelompok yang menjadi sasaran pelayanan pada umumnya adalah perkembangan dan perikehidupan individu, namun secara lebih nyata dan langsung adalah sikap dan tingkah lakunya yang dipengaruhi oleh aspek-aspek kepribadian dan kondisi sendiri, serta kondisi lingkungannya, sikap dan tingkah laku dalam perkembangan dan kehidupannya itu mendorong dirumuskannya prinsip-prinsip bimbingan dan konseling sebagai berikut : 
a.    BK melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis kelamin, suku, agama dan status sosial ekonomi.
b.    BK berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
c.    BK memperhatikan sepenuhnya tahap-tahap dan berbagai apek perkembangan individu.
d.    BK memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanannya.

Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan dan kehidupan individu tidaklah selalu positif, namun faktor-faktor negatif pasti ada yang berpengaruh dan dapat menimbulkan hambatan-hambatan terhadap kelangsungan perkembangan dan kehidupan individu yang berupa masalah. Pelayanan BK hanya mampu menangani masalah klien secara terbatas yang berkenaan dengan :
 a.    BK berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi mental atau fisik individu terhadap penyesuaian dirinya dirumah, disekolah serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
 b.    Kesenjangan sosial, ekonomi dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah pada invidu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan BK.

Adapun prinsip-prinsip yang berkenaan dengan pelayanan layanan BK itu adalah sebgaai berikut :

a.    BK merupakan bagian integrasi dari proses pendidikan dan pengembangan, oleh karena itu BK harus diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta didik.
b.    Program BK harus fleksibel disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat dan kondisi lembaga.
c.    Program bimbingan dan konseling disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi.
Pelaksanaan pelayanan BK baik yang bersifat insidental maupun terprogram, dimulai dengan pemahaman tentang tujuan layanan, dan tujuan ini akan diwujudkan melalui proses tertentu yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dalam bidangnya, yaitu konselor profesional.


Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan hal tersebut adalah :
a.    BK harus diarahkan untuk pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalm menghadapi permasalahannya.
b.    Dalam proses BK keputusan yang diambil dan akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri bukan karena kemauan atau desakan dari pihak lain.
c.    Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
d.    Kerja sama antara guru pembimbing, guru-guru lain dan orang tua anak, amat menentukan hasil pelayanan bimbingan.
e.    Pengembangan program pelayanan BK ditempuh melalui pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu sendiri.

Sekolah merupakan lembaga yang wajah dan sosoknya sangat jelas. Di sekolah pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan amat baik mengingat sekolah merupakan lahan yang secara potensial sangat subur, sekolah memiliki kondisi dasar yang justru menuntut adanya pelayanan ini pada kadar yang tinggi. Pelayanan BK secara resmi memang ada disekolah, tetapi keberadaannya belum seperti yang dikehendaki.

Dari prinsip-prinsip bimbingan dan konseling yang ada dapat dikemukakan beberapa prinsip bimbingan dan konseling sebagai berikut:

1.    Bimbingan adalah untuk semua murid
Semua murid pada dasarnya memerlukan layanan bimbingan dan konseling sesuai dengan jenis dan sifat masalah yang dihadapinya. Berdasar pertimbangan waktu, tempat, tenaga dan dana; banyak sekolah yang membatasi program bimbingan dan konseling untuk membantu murid yang mengalami masalah tertentu saja, seperti potensial putus sekolah, kesulitan dalam belajar, dan kesulitan dalam mengadakan penyesuaian diri di sekolah.

2.    Bimbingan dan konseling melayani murid-murid dari semua usia
Bimbingan dan konseling tidak hanya untuk siswa-siswa tingkat sekolah atau kelas-kelas tertentu saja, tetapi adalah untuk semua siswa mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, bahkan jugs orang-orang dewasa. Bimbingan diberikan mulai sejak anak memasuki sekolah dan dilanjutkan terus sambil siswa mengalami tahap-tahap maju di sekolah sampai ia menamatkan pendidikan di sekolah yang bersangkutan.

3.    Bimbingan dan konseling harus mencakup semua bidang pertumbuhan dan perkembangan siswa
Bimbingan dan konseling terkait dengan pribadi secara keselurruhan dan terarah pada pertumbuhan dan perkembangan jasmaniah, mental, social dan emosional. Manusia pada hakikatnya adalah holistic, tingkah laku dan pertumbuhannya tidak dapat dipenggal-penggal dan dipisahkan.

4.    Bimbingan mendorong penemuan dan pengembangan diri
Untuk menumbuh kembangkan kemampuan murid dalam menemukan dan mengembangkan dirinya sendiri perlu dikurangi pendidikan dan pengajaran yang berbentuk “pemberitahuan “ atau “perintah”. Hal ini dapat ditempuh antara lain dengan melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang meminta tentang apa yang akan dilakukannya. Pendidikan dan pengajaran seperti ini memungkinkan berusaha mencari dan menemukan sendiri apa yang patut dilakukanya.

5.    Pelaksanaan bimbingan dan konseling menghendaki adanya kerjasama dari murud, orang tua, kepala sekolah, konselor
Hal ini berarti bahwa pelaksanaan bimbingan dan konseling memerlukan adanya kerjasama dari berbagai pihak yaitu murid, orang tua, guru, kepala sekolah, konselor dan petugas sekolah lainnya. Tanpa adanya dukungan dan kerjasama dari pihak yang terkait, pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat menjadi mandeg. Untuk memungkinkan terjadinya kerjasama dari pihak itu, perlu diatur dan ditetapkan peranan dan tanggung jawabnya masing-masing.

6.    Bimbingan harus menjadi bagian yang terpadu dalam keseluruhan program pendidikan di sekolah
Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak terpisah dari program pendidikan secara keseluruhan. Program pendidikan yang baik adalah program yang memgikutsertakan bimbingan dan konseling sebagai salah satu bagian dari pelayanannya.

7.    Bimbingan dan konseling harus dapat dipertanggung jawabkan kepada individu dan masyarakat.
Prinsip pertanggungjawabkan mengandung pengertian bahwa bimbingan dan konseling, baik pelaksanaan maupun hasilnya, hendaknya dapat dipertanggungjawabkan kepada individu yang dibimbing itu sendiri dan kepada masyarakat.

Terimakasih telah berkunjung di Blog kami dan membaca artikel ini. Semoga bermanfaat. Setiap Follow, Subscribe, Like, dan Share Sangat Memotovasi saya untuk terus berkarya... Sampai jumpa.!!!

FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING // MATERI KULIAH PGSD

FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING // MATERI KULIAH PGSD

1.    Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta didik (siswa) agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, siswa diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

2.    Fungsi Preventif (pencegahan), yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.

Beberapa kegiatan bimbingan yang dapat mengarah pada pemenuhan fungsi ini sebagai berikut:
a.    Pemberian orientasi dan informasi, yaitu informasi tentang pendidikan lanjutan, cara-cara belajar yang baik, masalah kehidupan social pribadi, dan praturan-praturan sekolah. . Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para siswa dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).
b.    Penciptaan kondisi pendidikan yang sehat dan menunjang, seperti melengkapi sarana dan prasarana sekolah yang memadai, menciptakan praturan-praturan yang logis dan menyelenggarakan proses belajar-mengajar yang menyenagkan.
c.    kerjasama dengan orang tua murid guna menghasilkan kesepakatan dan kesamaan pandangan serta sikap dalam melaksanakan pendidikan bagi anak-anak mereka.

3.    Fungsi pemecahan (pemberian bantuan), segala upaya telah dilakukan dengan sebaik-baiknya tetapi masih terjadi masalah pada diri siswa, maka dalam hal ini diperlukan adanya upaya pemberian bantuan pemecahan masalah yang disebut fungsi pemecahan atau bantuan. Fungsi pemecahan diperlukan agar masalah-masalah yang dialami siswa dapat teratasi sesegera mungkin. Fungsi pemecahan merupakan usaha sekolah untuk mengatasi berbagai masalah atau kesulitan yang dialami siswa dalam proses belajar mengajar disekolah. Masalah-masalah yang dialami siswa itu dapat berupa sikap dan kebiasaan yang buruk dalam belajar, kesulitan dalam menangkap isi pelajaran, kurang motif dalam belajar, tidak dapat menyesuaikan diri secara baik dengan teman-temannya, masalah kesehatan dan lain-lain. Fungsi pemecahan ini dapat diselenggarakan oleh konselor atau guru sesuai dengan jenis dan sifat dari kesulitan yang dialami oleh siswa.

4.    Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan siswa. Konselor dan personel Sekolah Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu siswa mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah layanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.

5.    Fungsi Perbaikan (Penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.

6.    Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.

7.    Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf,  konselor, dan guru  untuk menyesuaikan  program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa (siswa). Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai siswa, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan siswa secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan  siswa.

8.    Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa (siswa) agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif

Terimakasih telah berkunjung di Blog kami dan membaca artikel ini. Semoga bermanfaat. Setiap Follow, Subscribe, Like, dan Share Sangat Memotovasi saya untuk terus berkarya... Sampai jumpa.!!!

MAKALAH PERKULIAHAN BIMBINGAN KONSELING (BK) // PENGERTIAN KONSELING KELOMPOK // TUJUAN KONSELING KELOMPOK

MAKALAH PERKULIAHAN BIMBINGAN KONSELING (BK) // PENGERTIAN KONSELING KELOMPOK // TUJUAN KONSELING KELOMPOK

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar belakang
Setiap manusia  pasti memiliki masalah dan terkadang masalah itu tidak dapat diselesaikan sendiri. Ini karena manusia diciptakan sebagai mahluk sosial, bukan mahluk individu. Kodrat sebagai mahluk sosial ini membuat manusia tidak dapat membuatnya hidup seorang diri. Manusia akan saling ketergantungan dengan lingkungan sosialnya. Bahkan untuk menghadapi masalah yang tengah membelitnya manusia juga  membutuhkan bantuan orang lain, khususnya ketika mereka merasa masalah tersebut sudah tidak mungkin lagi dihadapi seorang diri. Seseorang akan lebih tegar dalam menghadapi masalah yang dialaminya ketika orang tersebut menyadari jika masalah serupa juga dialami oleh orang lain. Konseling kelompok merupakan suatu upaya untuk memecahkan masalah yang tengan dihadapi seseorang dalam suatu diskusi kelompok. Melalui KOnseling Kelompok ini orang yang bermasalah akan mampu mebuka dirinya untuk membagi masalah yang didapinya dalam diskusi tersebut. Dengan adanya diskusi dalam kelompok, akan timbul pula berbagai solusi-solusi untuk memecahkan masalah yang tengah dihadapi orang tersebut. Orang yang bermasalah akan mengajadi lebih percaya diri untuk menghadapi masalahnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mencoba membahas tentang “Pengertian Konseling Kelompok, Tujuan dan Proses Konseling Kelompok, serta Perbedaan Konseling Kelompok Menurut Para Ahli”.

1.2    Rumusan Masalah   
Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas adala sebagai berikut:
1.    Apakah pengertian dari konseling kelompok?
2.    Apakah tujuan dari konseling kelompok?
3.    Bagaimanakah proses konseling kelompok?
4.    Apakah perbedaan konseling kelompok menurut para ahli?

1.3    Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Mengetahui pengertian Konseling Kelompok.
2.    Mengetahui tujuan dari konseling kelompok.
3.    Mengetahui proses dari konseling kelompok.
4.    Mengetahui perbedaan pendapat para ahli tentang konseling kelompok.

1.4    Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Dapat mengetahui pengertian Konseling Kelompok.
2.    Dapat mengetahui tujuan dari konseling kelompok.
3.    Dapat mengetahui proses dari konseling kelompok.
4.    Dapat mengetahui perbedaan pendapat para ahli tentang konseling kelompok.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Konseling Kelompok

Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi‐fungsi terapi seperti sifat permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling mempercayai, saling memperlakukan dengan mesra, saling pengertian, saling menerima, dan saling mendukung.
Konseling kelompok merupakan suatu proses pertalian pribadi (interpersonal relationship) antara seorang atau beberapa konselor dengan sekelompok konseli yang dalam proses pertalian itu konselor berupaya membantu menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan konseli untuk menghadapi dan mengatasi persoalan atau hal‐hal yang menjadi kepedulian masing‐masing konseli melalui pengembangan pemahaman, sikap, keyakinan, dan perilaku konseli yang tepat dengan cara memanfaatkan suasana kelompok.
Konseling kelompok  berfokus pada usaha membantu konseli dalam melakukan perubahan dengan menaruh perhatian pada perkembangan  dan penyesuaian sehari-hari, misalnya modifikasi tingkah laku, pngembangan ketrampilan hubungan personal, nilai, sikap atau membuat keputusan karier. Gibson dan Mitchell (dalam Latipun : 2008 : 1981)
Konseling kelompok merupakan  salah satu bentuk terapiutik yang berhubungan dengan pemberian bantuan berupa pengalaman penyesuaian dan perkembangan individu. Konseling kelompok saat ini telah diterapkan di berbagai instusi, seperti sekolah, rumah sakit, perusahaan, dan masyarakat luas.
Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku yang disadari, dibina dalam suatu kelompok kecil dengan mengungkapkan diri kepada sesama anggota dan konselor, dimana komunikasi antar pribadi tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan hidup serta untuk belajar perilaku tertentu ke arah yang lebih baik dari sebelumnya .
Layanan konseling kelompok merupakan upaya bantuan untuk dapat memecahkan masalah siswa dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Apabila dinamika kelompok dapat terwujud dengan baik maka anggota kelompok akan saling menolong, menerima, dan berempati dengan tulus. Konseling kelompok merupakan wahana untuk menambah penerimaan diri dan orang lain, menemukan alternatif cara penyelesaian masalah dan mengambil keputusan yang tepat dari konflik yang dialamimya dan untuk meningkatkan tujuan diri, otonomi dan rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan orang lain. Dengan  demikian konseling kelompok memberikan kontribusi yang penting dalam meningkatkan penyesuaian diri, apalagi masalah penyesuaian diri merupakan masalah yang banyak dialami oleh siswa sehingga untuk mengefisiensikan waktu konseling kelompok dimungkinkan lebih efektif dibandingkan layanan konseling individual.

2.2    Tujuan Konseling Kelompok

Tujuan layanan konseling kelompok pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan teoritis dan tujuan operasional. Tujuan teoritis berkaitan dengan tujuan yang secara umum dicapai melalui proses konseling, yaitu penembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan, fungsi masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok agar masalah terselesaikan dengan cepat  melalui bantuan anggota kelompok yang lain (fungsi pemahaman pengembangan, fungsi pencegahan dan fungsi pemecahan masalah). Sedangkan tujuan operasional disesuaikan dengan harapan konseli dan masalah yang dihadapi konseli (latipun, 2008:152).
Selain itu, ada beberapa tujuan konseling kelompok yang diungkapkan oleh para ahli, yaiu sebagai berikut:
1.    Menurut Dewa Ketut Sukardi tujuan konseling kelompok meliputi:
a.    Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak.
b.    Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya.
c.    Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok.
d.    Mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok.
2.    Menurut Prayitno (1997:80). Konseling kelompok memungkinkan siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok.
3.    Menurut Mungin Eddy Wibowo, (2005:20). Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok, yaitu pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok, agar terhindar dari masalah dan masalah terselesaikan dengan cepat melalui bantuan anggota kelompok yang lain.
4.    Menurut Winkel (2004:592) tujuan konseling kelompok yaitu:
a.    Masing-masing anggota kelompok memahami dirinya dengan baik dan menemukan dirinya sendiri. Berdasarkan pemahaman diri itu, dia lebih rela menerima dirinya sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-aspek positif dan kepribadiannya.
b.    Para anggota kelompok mengembangkan kemampuan komunikasi satu sama lain sehingga mereka dapat saling memberikan bantuan dalam menyesuaikan tugas-tugas perkembangan yang khas untuk fase perkembangan mereka.
c.    Para anggota kelompok memperoleh kemampuan mengatur dirinya sendiri dan mengarahkan hidupnya sendiri.
d.    Para anggota kelompok menjadi lewbih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih mampu menghayati perasaan orang lain.
e.    Masing-masing anggota kelompok menetapkan suatu sasaran yang ingin mereka capai yang diwujudkan dalam sikap dan prilaku yang lebih konstruktif.
f.    Para anggota kelompok lebih berani melangkah lebih maju dan menerima resiko yang wajar dalam bertindak, dari pada tinggal dian dan tidak berbuat apa-apa.
g.    Para anggota kelompok lebih menghayati dan menyadari kehidupan manusia sebagai kehidupan yang sesama, dan mengandung tuntutan menerima orang lain dan harapan akan diterima orang lain.

2.3    Proses Konseling kelompok

Proses konseling kelompok merupakan tahapan-tahapan perkembangan ynag di alami oleh kelompok selama menjalani konseling kelompok.
1.    Tahap Permulaan (beginning stage)
Pada tahap permulaan ini konselor perlu mempersiapkan terbentuknya kelompok. Pada tahap ini dilakukan upaya untuk menumbuhkan minat bagi terbentuknya kelompok. Pada pertemuan awal adalah penting bagi konselor untuk membentuk kelompok dan menjelaskan tujuan konseling kelompok dengan istilah yang mudah dipahami oleh siswa yang ada di dalam kelompok. Tahap permulaan juga sering disebut tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri kedalam kehidupan kelompok, tahap menentukan agenda, tahap menentukan norma kelompok dan tahap penggalian ide dan perasaan. Pada tahap ini umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan mengungkapkan tujuan atau harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian maupun seluruh anggota.
Pada tahap ini konselor harus berperan aktif, artinya konselor perlu melakukan : 1) penjelasan tentang tujuan kegiatan, 2) penumbuhan rasa saling mengenal antar anggota, 3) pertumbuhan sikap saling mempercayai dan saling menerima, 4) pembahasan tentang tingkah laku dan suasana perasaan dalam kelompok. Setelah pembentukan kelompok kemudian dimulai dengan pertemuan pertama yang disebut peran serta. Disini konselor kelompok perlu melakukan langkah-langkah :
a.    Perkenalan
Konselor memperkenalkan dirinya dan tiap-tiap anggota kelompok. Jika masing-masing anggota kelompok sudah saling mengenal maka yang dilakukan oleh konselor adalah meningkatkan kualitas hubungan antar anggota kelompok.
b.    Pelibatan diri
Konselor menjelaskan pengertian dan tujuan yang ingin dicapai dan menjelaskan cara-cara yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan itu. Konselor menampilkan tingkah laku dan komunikasi yang mengandung unsur-unsur penghormatan kepada orang lain. Konselor juga harus dapat merangsang dan memantapkan keterlibatan anggota kelompok dalam suasana kelompok yang diinginkan dan juga membangkitkan minat-minat dan kebutuhan serta rasa berkepentingan para anggota mengikuti kegiatan kelompok yang sedang mulai digerakkan.
c.    Agenda
Setelah anggota saling mengenal dan melibatkan diri ke dalam kehidupan kelompok, konselor membuka kesempatan bagi mereka untuk menentukan agenda. Agenda adalah tujuan yang akan dicapai di dalam kelompok. Agenda dapat dibagi menjadi dua yaitu agenda jangka pendek dan agenda jangka panjang.
d.    Norma kelompok
Norma kelompok yang perlu ditekankan disini adalah kerahasiaan. Konselor perlu menekankan kepada semua peserta pentingnya pemeliharaan kerahasiaan itu. Mereka harus diingatkan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam konseling kelompok merupakan rahasia mereka bersama sebagai kelompok. Apa yang terjadi di dalam kelompok dilarang dibicarakan di luar kelompok dengan orang lain. Selain itu juga perlu dingatkan tentang kehadiran dan absensi. Hal lain yang perlu dibina adalah suasana positif dalam kelompok dan perlu dikemukakan aturan main dalam memberikan umpan balik.
e.    Penggalian ide dan perasaan
Sebelum pertemuan pertama berakhir perlu digali ide-ide maupun perasaan-perasaan yang muncul. Usul-usul perlu ditampung dan juga perasaan-perasaan yang masih mengganjal perlu diungkapkan sebelum dilanjutkan pada tahp berikutnya.
2.    Tahap Transisi (transition stage)
Tahap transisi merupakan masa setelah proses pembentukan dan sebelum masa bekerja (kegiatan). Transisi dimulai dengan masa badai, dimana anggota kelompok mulai bersaing dengan yang lain dalam kelompok untuk mendapatkan temapat kekuasaan dalam kelompok. Pada tahap ini muncul perasaan-perasaan kecemasan, pertentangan, pertahanan, ketegangan, konflik, konfrontasi dsb. Meskipun frustasi dan kegaduhan meningkat pada tahap ini, namun ini merupakan saat yang produktif bagi anggota kelompok untuk memperbaiki sosialisasinya di masa lalu yang tidak produktif, membuat pengalaman-pengalaman baru dan menetapkan tempatnya dalam kelompok tersebut. Untuk itu dibutuhkan kemampuan dan ketrampilan konselor dalam beberapa hal, yaitu kepekaan waktu, kemampuan melihat perilaku anggota dan mengenal suasana emosi di dalam kelompok. Konselor harus peka kapan harus melakukan konfrontasi terhadap anggota dan kapan harus memberikan dukungan, oleh karena itu konselor harus memperhatikan pola perilaku anggota dalam kelompok.

3.    Tahap Kegiatan (working stage)
Tahap kegiatan sering disebut sebagai tahap bekerja, tahap penampilan, tahap tindakan dan tahap pertengahan yang merupakan inti kegiatan konseling kelompok sehingga memerlukan alokasi waktu yang terbesar dalam keseluruhan kegiatan konseling kelompok. Tahap ini merupakan tahap kehidupan yang sebenarnya dari konseling kelompok. Di mana para anggota memusatkan perhatian terhadap tujuan yang akan dicapai, mempelajari materi-materi baru, mendiskusikan berbagai topik, menyelesaikan tugas dan mempraktekkan perilaku-perilaku baru. Kelangsungan kegiaatan kelompok pada tahapini amat tergantung pada hasil dari dua tahap sebelumnya. Pada tahap ini, hubungan antar anggota sudah mulai ada kemajuan, sudah terjalin rasa saling percaya antar sesama anggota kelompok, rasa empati, saling mengikat dan berkembang lebih dekat secara emosional, dan kelompok tersebut akan menjadi kompak (kohesif).
Penekanan utama pada tahap ini adalah produktifitas, baik hasilnya dapat dilihat langsung maupun tidak langsung. Anggota kelompok memfokuskan pada meningkatkan diri mereka sendiri dan/atau dalam mencapai tujuan individu atau kelompok yang spesifik.  Para anggota kelompok pada tahap ini belajar hal-hal baru, melakukan diskusi tentang berbagai topik atau melakukan diskusi tentang berbagai topik atau melakukan saling berbagi rasa dan pengalaman. Pada tahap ini interaksi antar angota konselor mulai menurun dan interaksi antar anggota- anggota menaik. Pada saat ini konselor berperan sebagai pengamat dan fasilitator.
Tahap ini dikatakan berhasil bila semua solusi yang mungkin telah dipertimbangkan dan diuji menurut konsekuensinya dapat diwujudkan. Solusi-solusi tersebut harus praktis, dapat direalisasikan , dan pilihan akhir harus dibuat setelah melalui pertimbangan dan diskusi yang tepat. Namun perlu dicatat bahwa kemajuan selama tahap ini tidak selalu konstan, kadang-kadang  terjadi kemunduran, stagnasi, atau bahkan kebingungan. Oleh karena itu konselor hendaknya sadar dan bersiap diri dengan kemungkinan negatif tersebut.
4.    Tahap Pengakhiran (termination stage)
Kegiatan kelompok tidak mungkin berlangsung terus menerus tanpa berhenti. Setelah kegiatan kelompok memuncak pada tahap kegiatan, kegiatan kelompok ini menurun dan selanjutnya kelompok akan mengakhiri kegiatan pada saat yang dianggap tepat. Pada tahap akhir atau penghentian pertemuan kelompok yang penting adalah bagaimana ketrampilan anggota, termasuk konselor, dalam mentransfer apa yang telah mereka pelajari dalam kelompok ke dalam kehidupannya di luar lingkungan kelompok. Anggota kelompok berupaya merealisasikan rencana-rencana tindakan sampai mencapai perubahan perilaku yang diinginkan. Tidak semua anggota kelompok dapat dengan mudah merealisasikan rencana-rencana tindakan atau keputusan-keputusannya. Karena itu konselor bersama anggota kelompok perlu memberikan penguatan yang cukup bagi kebanyakan individu, bahkan kadang-kadang diperlukan dukungan dari orang lain di luar kelompok yang berarti bagi anggota kelompok. Kegiatan kelompok yang paling penting dalam tahap pengentian adalah untuk merefleksikan pengalaman mereka di masa lalu, memproses kenangan, mengevaluasi apa yang telah mereka pelajari, menyatakan perasaan yang bertentangan dan membuat keputusan kognitif (wagenheim & Gemmil, 1994 dalam Wibowo, 2005 : 98).
Penghentian memberi kesempatan pada anggota kelompok untuk memperjelas arti dari pengalaman mereka, untuk mengkonsolidasi hasil yang mereka buat dan untuk membuat keputusan mengenai tingkah laku yang mereka inginkan untuk dilakukan di luar kelompok dan dilakukan dikehidupan kelompok sehari-hari. Pengakhiran konseling kelompok hendaknya membuat kesan yang positif bagi anggota kelompok, jadi jangan sampai anggota kelompok mempunyai ganjalan-ganjalan. Untuk itu perlu diberikan kesempatan bagi masing-masing anggota untuk mengemukakan ganjalan-ganjalan yang sesungguhnya mereka rasakan selama kelompok berlangsung. Dengan demikian para anggota kelompok akan meninggalkan kelompok dengan [erasaan lega dan puas. Dengan kata lain, bahwa pada akhir kegiatan kelompok hendaknya para anggota merasa telah memetik suatu hasil yang cukup berharga dari kegiatan kelompok yang diikutinya.

2.4    Perbedaan Konseling Kelompok Menurut Para Ahli

Setiap ahli memiliki pendapat yang berbeda tentang definisi dari konselin kelompok sekalipun inti dari pengertian rtersebut mengacu pada hal yang sama. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Rochman Natawijaya, 1987:14Konseling kelompok adalah suatu upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya.
2.    Menurut Asew,(1990) Konseling kelompok adalah sebagai suatu praktek profesional yang luas, yang mengarahkan kepada pemberian bantuan atau penyelesaian tugas-tugas dalam suatu adegan (setting)  kelompok.
3.    Menurut Gazda, (1967) Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi terapi, seperti saling mempercayai, saling memerlukan, saling pengertian, saling mendukung dan menerima.
4.     Gazda, 1984 dan Shertzer & Stone, 1980 Konseling kelompok adalah suatu proses  antar pribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan prilaku yang disadari.
5.    Prayitno, (1999 : 115-120) Konseling kelompok adalah suatu layanan bimbingan dan kelompok konseling yang memungkinkan peserta  didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok.
6.    Achmad Juntika Konseling kelompok adalah adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan di dalam konseling kelompok, siswa memperoleh kesempatan bagi pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok.
7.    Menurut    Allson, Konseling kelompok adalah layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi dalam suasana kelompok.
8.    Menurut Sukamto, Konseling kelompok adalah pelayanan pengembangan pribadi dan pemecahan masalah dalam sebuah diskusi kelompok yang mementingkan pemenuhan kebutuhan dan kebahagiaan individu sesuai harkat dan martabatnya.
9.    Menurut Erman Amti, Konseling kelompok adalah kegiatan dinamika kelompok yang membantu tercapainya perkembangan optimal individu sesuai bakat dan kemampuan, sehingga dapat hidup mandiri.
10.    Menurut Dr. Thantawy R, M.A. (2005) Konseling Kelompok merupakan hubungan interpersonal yang dinamis antara konselor dan konseli dan antar konseli, interaksi dalam kelompok memungkinkan anggota kelompok untuk belajar menghadapi kenyataan hidup dan meningkatkan pengertian saling percaya, penerimaan nilai-nilai kehidupan, cita-cita, tujuan serta sikap atau tingkah laku yang digunakan oleh lingkungan sosial tertentu.
11.    Menurut Dewa Ketut Sukardi (2003) konseling kelompok merupakan konseling yang di selenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjdi di dalam kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang  bimbingan (bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir).
12.    Menurut Heru Mugiarso (2007) konseling kelompok merupakan layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok. Materi umum layanan konseling kelompok diselenggarakan dalam kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok yang meliputi segenap bidang bimbingan. Masalah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota kelompok.
13.    Menurut Prayitno (2004) layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan didalam suasana kelompok. Disana ada konselor dan ada klien, yaitu para anggota kelompok (yang jumlahnya minimal dua orang). Disana terjadi hubungan konseling dalam suasana yang diusahakan sama seperti dalam konseling perorangan yaitu hangat, permisif, terbuka dan penuh keakraban. Dimana juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah (jika perlu dengan menerapkan metode-metode khusus), kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
14.    Menurut Winkel (2007) konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari.
15.    Menurut Tatik Romlah (2001) konseling kelompok adalah upaya untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, upaya itu bersifat pencegahan serta perbaikan agar individu yang bersangkutan dapat menjalani perkembangannya dengan lebih mudah.

BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi‐fungsi terapi seperti sifat permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling mempercayai, saling memperlakukan dengan mesra, saling pengertian, saling menerima, dan saling mendukung. Tujuan layanan konseling kelompok pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu tujuan teoritis dan tujuan operasional. Proses konseling kelompok merupakan tahapan-tahapan perkembangan yang di alami oleh kelompok selama menjalani konseling kelompok, yaitu tahap permulaan (beginning stage), tahap transisi (transition stage), tahap kegiatan (working stage), tahap pengakhiran (termination stage). Dari uraian di atas maka dapat ditemukan perbedaan konseling kelompok menurut para ahli yaitu: konseling kelompok adalah konseling yang dilaksanakan di dalam kelompok namun tetap mengacu pada pribadi-pribadi yang tergabung dalam kelompok tersebut, jumlah anggota kelompok minimal 2 orang, konseling kelompok merupakan upaya membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya.
3.2    Saran
Adapun saran dari pembahasan di atas adalah  sebagai berikut.
1.    Kepada mahasiswa, khususnya mahasiswa PGSD, agar dapat memahami secara lebih mendalam tentang konseling kelompok di Sekolah Dasar sebagai dasar pelaksanaan BK di Sekolah Dasar.
2.    Kepada para pendidik, agar memahami pentingnya mendalami konseling kelompok sebagai dasar dalam melaksanakan penerapan BK.

DAFTAR PUSTAKA
Ibnu M & Noviyanti K D. Pendekatan Konseling Kelompok. Diktat Kuliah Prodi BK. Madiun: FIP. IKIP PGRI
Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang: UMM Pres

Terimakasih telah berkunjung di Blog kami dan membaca artikel ini. Semoga bermanfaat. Setiap Follow, Like, dan Share Sangat Memotovasi saya untuk terus berkarya... Sampai jumpa.!!

ARTIKEL MASALAH KESULITAN BELAJAR ANAK SD DAN MASALAH ANAK GIFTED, ANAK CERDAS LUAR BIASA

ARTIKEL MASALAH KESULITAN BELAJAR ANAK SD

1)    Defenisi kesulitan
Proses belajar mengajar senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusia, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya. tercapainya hasil belajar dengan baik adalah harapan setiap guru, tetapi hal ini tidak selamanya terealisir, karena masih ada siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Kesulitan belajar merupakan gabungan dari dua kata yaitu kesulitan dan belajar. Menurut Poerwadarminta (1984:37) mengemukakan, ”Arti dari kesulitan adalah kesusahan dan kesukaran, sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian“.
Tingkat kesulitan yang dialami setiap siswa tidaklah sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Perbedaan siswa inilah menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991:74) mengatakan, “Yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah dalam keadaan anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya”.
Definisi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh para ahli di The United States Office Of Education (USOE) pada tahun 1977 definisi tersebut seperti dikutip Hallaham et al dalam Abdurrahman(1999:6) seperti berikut ini:
Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja dan berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utama berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan, lingkungan, budaya atau ekonomi.
Dalam mencapai hasil belajar yang baik dan sempurna, bukanlah suatu hal yang mudah. Karena tentunya akan berhadapan dengan kesulita-kesulitan yang ditunjukan dengan nilai yang rendah, menurut Natawijaya (1984:19): “Dalam kenyataannya banyak siswa yang menunjukan gejala tidak dapat mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapkan”. Beberapa murid menunjukkan nilai-nilai yang rendah meskipun telah diusahakan sebaik-baiknya oleh guru. Dalam proses belajar mengajarpun guru sering menghadapi masalah adanya murid yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan lancar. Dengan kata lain guru sering menghadapi murid-murid yang kesulitan belajar.
Dengan demikian kesulitan belajar diartikan sebagai kendala yang dapat mengakibatkan siswa mengalami kemandekan dalam belajar. Dalam hal ini perlu adanya penanggulangan yang matang agar proses belajar mengajar tidak mengalami kemerosotan terutama bagi siswa yang masih memerlukan perhatian dalam keaktifan belajar.
Kesulitan belajar yang dihadapi siswa merupakan salah satu sebab dari kegagalan siswa. Siswa yang mengalami kesulitan belajar itu adalah siswa yang hasil belajarnya tidak sesuai atau yang lebih rendah dari kemampuan yang dimiliki rata-rata siswa.

2)    Ciri-ciri kesulitan belajar
Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain:
1.    Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2.    Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin  ada murid yang selalu belajar dgn giat, tetapi nilai yang dicapainya selalu rendah.
3.    Lambat dalam melakukan tugas-tugas dalam belajar. Ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang tersedia.
4.    Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5.    Menunjukkan tingkah laku yang berlainan, seperti membolos, tidak mengerjakan PR, mengasingkan diri, tersisihkan, tidak mau bekerja sama dan sebaginya.
6.    Menunjukkan gejala emosional yang kurang ajar seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak/kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan adanya perasaan sedih, menyesal, dan sebagainya
7.    Lebih banyak mengalami kecemasan dan kurang mampu mengontrol diri terhadap kecemasannya.
8.    Kurang mampu menyesuaikan diri dan kurang kepercayaan pada diri sendiri.
9.    Kurang mampu mengikuti otoritas.
10.    kuarang mampu dalam penerimaan sosial.
11.    Lebih banyak mengalami konflik dan ketergantungan.
12.    Kegiatannya kurang berorientasi akademis dan sosial.
13.    Nilai pelajaran yang naik turun.
14.    Sulit mengatur kegiatan atau barang
15.    Mudah lupa
16.    Sering kehilangan barang-barang
17.    Sering melamun.
18.    Ceroboh dan tidak teliti
19.    Tidak termotivasi untuk belajar
20.    Mudah menyerah
21.    Sulit duduk tenang untuk jangka waktu yang lama
22.    Banyak berbicara
23.    Sulit menunggu giliran
24.    Suka jail, iseng dan impulsif

3) Cara untuk mengatasi kesulitan belajar
Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut:
1.    Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
2.    Memerlukan dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan.
3.    Menyusun program perbaikan khususnya remedial teaching (pengajaran perbaikan)
4.    Setelah langkah-langkah di atas selesai, barulah guru melaksanakan langkah keempat, yakni melaksanakan program perbaikan.
Disamping itu hal-hal yang harus dihindari karena tidak akan membantu anak mengatasi kesulitan belajarnya seperti :
1.    Memarahi, menghukum atau mempermalukannya
2.    Memberi cap atau sebutan negatif
3.    Memperbanyak latihan dan les
4.    Mengiming-imingi hadiah

Untuk orang tua tidak perlu khawatir karena kesulitan belajar bisa ditangani, Apa yang orangtua bisa lakukan ?
1.    Menerima keadaan yang ada, dalam hal ini bukan berdiam diri, bukang menyangkali, berhenti menyalahkan diri sendiri, orang lain atau Tuhan serta berhenti menangisi diri sendiri
2.    Melakukan pemeriksaan baik secara psikologis, motorik, neurologis, mata, THT dan alergi
3.    Berkomitmen 100 persen untuk menjalani program terapi serta mengubah pola pikir dan pola asuh
4.    Menyeimbangkan antara kasih sayang dan disiplin
5.    Memberikan pujian
6.    Menghindari label negative
Sementara itu guru juga bisa berperan dengan memberikan suasana belajar yang menyenangkan seperti menggunakan visual, auditori atau praktek, menggunakan minat anak dalam memberikan contoh, memberikan target yang jelas, memberikan pernyataan positif serta menjadi inspirasi.

MASALAH ANAK GIFTED, ANAK CERDAS LUAR BIASA

Masalah Anak “Gifted”, Anak Cerdas Luar Biasa
1)    Definisi anak cerdas luar biasa
Anak cerdas berbakat adalah mereka yang memiliki kemampuan luar biasa yang sudah melekat dari dalam diri sejak lahir yang melliputi kemampuan intelektual, akademik, kretif dan produktif, kemamapuan dalam salah satu bidang seni dan psikomotor yang dalam pengembangan kemampuan-kemampuan tersebut secara optimal diperlukan pelayanan pendidikan yang khusus

2)    Ciri-ciri anak cerdas luar biasa
Kecerdasan selalu dikaitkan dengan IQ yang tinggi,namun anak yang cerdas tidak hanya mempunyai ingatan yang kuat.Anak yang cerdas juga memiliki potensi pengembangan diri yang kuat pula.Bersyukurlah jika kita dikaruniai seorang anak yang cerdas,sehingga tidak susah susah dalam mendidiknya.Jika Anda ingin memiliki anak yang cerdas,bisa diusahakan dengan memperhatikan gizi asupan makanan harian anak Anda.Baca: Bahan makanan agar anak menjadi cerdas
Mari kita simak apa pendapat para pakar tentang ciri anak yang cerdas.
1.    Mempertahankan Informasi:
Sebuah istilah “masuk telinga kiri keluar telinga kanan” nampaknya berlaku juga bagi kebanyakan anak. Akan tetapi anak yang pintar benar-benar bisa mempertahankan berbagai informasi dan mampu mengingatnya kembali di lain waktu.
Sebuah contoh dari National Association of Gifted Children (NAGC) yaitu: “Seorang anak berusia enam tahun kembali dari perjalanan kunjungan ke museum ruang angkasa dan membikin kembali secara akurat gambar roket luar angkasa yang telah dilihatnya.
2.    Memiliki Ketertarikan Luas:
Anak pintar akan menunjukkan minat dalam berbagai topik.Misalnya mereka mungkin suka dengan dinosaurus dalam bulan ini, rdan suka ruang angkasa pada bulan berikutnya, dan seterusnya.
3.    Menulis dan Membaca Lebih Awal:
Jika anak anda adalah seseorang yang pintar dan cerdas, dia mungkin dapat membaca dan menulis lebih dini walaupun tanpa pengajaran formal.
4.    Berbakat di Bidang Musik atau Seni.
Anak yang menunjukkan bakat luar biasa untuk musik dan kesenian sering dianggap pintar. Anak yang dapat menggambar ataupun dapat bernyanyi dengan sempurna, dan juga menampilkan bentuk persepsi seni yang tinggi lainnya biasanya masuk dalam kategori anak pintar.
5.    Menunjukkan Waktu Konsentrasi Intens:
Anak tidak begitu identik dengan rentang perhatian yang panjang, tapi anak pintar mampu memiliki waktu yang lebih untuk konsentrasi intens.
6.     Memiliki Ingatan yang Baik:
Beberapa anak pintar mampu mengingat hal-hal sewaktu mereka saat lebih kecil. Misalnya, anak berumur dua tahun mungkin akan ingat dan membawa kembali kejadian ketika dia masih berusia 18 bulan.
7.    Memiliki Kosakata Tinggi:
Seorang anak yang terlalu dini untuk mampu berbicara bukan saja merupakan tanda kepintaran, tapi jika anak anda berbicara menggunakan kosakata yang lebih maju dengan memakai kalimat-kalimat, maka dia mungkin memang sepintar yang anda bayangkan.
Menurut NAGC, contohnya “Anak pada usia dua tahun membuat kalimat seperti: ‘Ada anjing.’ Anak dua tahun yang cerdas mungkin akan berkata, ‘Ada seekor anjing di belakang rumah dan ia mengendus bunga.’”
8.    Memperhatikan Detil:
Anak pintar memiliki mata yang tajam untuk melihat sebuah detil. Anak yang lebih tua mungkin ingin tahu rincian spesifik tentang bagaimana segala sesuatu bekerja, sedangkan anak yang lebih muda akan dapat menaruh kembali mainan persis di mana ia mendapatkannya atau memperhatikan jika sesuatu telah dipindahkan dari tempat biasa.
9.    Bertindak sebagai Kritikus Sendiri:
Pada umumnya anak tidak terlalu khawatir tentang diri mereka sendiri atau orang lain, kecuali teman mereka memiliki sesuatu yang mereka inginkan. Sebaliknya, anak pintar prihatin dengan orang lain, tapi yang paling penting terhadap diri mereka sendiri.
10.    Memahami Konsep yang Kompleks:
Anak yang sangat pintar memiliki kemampuan untuk memahami konsep yang kompleks, memahami hubungan, dan berpikir abstrak. Mereka mampu memahami masalah secara mendalam dan berpikir tentang sebuah solusi.

Terimakasih telah berkunjung di Blog kami dan membaca artikel ini. Semoga bermanfaat. Setiap Follow, Like, dan Share Sangat Memotovasi saya untuk terus berkarya... Sampai jumpa.!!

MAKALAH APRESIASI KARYA SENI RUPA // KARAKTERISTIK SENI RUPA ANAK DAN MANFAAT BELAJAR SENI RUPA BAGI ANAK USIA SD

KARAKTERISTIK SENI RUPA ANAK DAN MANFAAT BELAJAR SENI RUPA BAGI ANAK USIA SD


Oleh:

Muhmmad hasim                (1211031251)
Komang pasek mahardika      (1211031232)
I Gede Ari Murti                   (1211031226)


Kelas/Semester:  G/V







JURUSAN PENDIDIKAN GURU  SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
SINGARAJA
2018 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang    1
1.2    Rumusan Masalah    1
1.3    Tujuan    2
1.4    Manfaat    2
BAB II PEMBAHASAN
2.1    Manfaat Belajar Seni Rupa Bagi Anak Usia SD    3
2.2    Karakteristik Seni Rupa Anak    5
2.3    Periodesasi Gambar Anak    9
BAB III PENUTUP
3.1    Kesimpulan    13
3.2    Saran    13
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenaan Beliulah, kami dapat menyelusiakan penyusunan makalah yang berjudul “karakteristik seni rupa anak dan manfaat belajar seni rupa bagi anak usia SD” ini tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan moril maupun material dalam bentuk bimbingan dan masukan, terkait materi pembahasan dalam makalah ini. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini diucapkan terimakasih kepada segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya kekurangan dan kelemahaan yang dimiliki, sehingga makalah yang disusun sudah tentu perlu disempurnakan lagi. Oleh karena itu, untuk penyempurnaan makalah ini dan penyusunan makalah selanjutnya, kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat diperlukan.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini barmanfaat bagi para pembaca, utamanya mahasiswa sebagai calon guru  dan guru-guru yang sudah bertugas disekolah-sekolah sehingga dapat mengembangkan proses pembelajaran yang efektif.


Singaraja,   April 2018


        Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
    Melalui  pengalaman  berkarya,  siswa  memperoleh  pemahaman  tentang  berbagai penggunaan  media,  baik  media  untuk  seni rupa  dwimatra  maupun  seni  rupa  trimatra. Dalam  berkarya  seni  rupa,  siswa  belajar menggunakan  berbagai  teknik  tradisional dan  modern  untuk  mengeksploitasi  sifatsifat  dan potensi estetik media. Melalui seni  rupa,  siswa  belajar  berkomunikasi  melalui gambar  dan  bentuk,  serta  mengembangkan rasa  kebanggaan  dalam  menciptakan ungkapan pikiran dan perasaannya.
Pembahasan  konsep  seni  rupa  meliputi  struktur  bentuk  dan  ungkapan (ekspresi)  dalam  seni  murni  dan  hubungan bentuk,  fungsi,  dan  elemen  estetik  dalam seni  rupa  terapan.  Pembahasan  tentang media  seni  rupa  meliptui  ciri-ciri  media, proses,  dan  teknik  pembuatan  karya  seni rupa.  Selain  itu,  apresiasi  seni  juga  perlu memberikan  pemahaman  hubungan  antara seni  rupa  dengan  bentuk-bentuk  seni  yang lain,  bidang-bidang  studi  yang  lain,  serta keberadaan seni rupa, kerajinan, dan desain sebagai bidang profesi.
Pembelajaran  Seni  Rupa  di  sekolah mengembangkan  kemampuan  siswa  dalam berkarya  seni  yang  bersifat  visual  dan rabaan. Pembelajaran seni rupa memberikan kemampuan  bagi  siswa  untuk  memahami dan  memperoleh  kepuasan  dalam menanggapi  karya  seni  rupa  ciptaan  siswa sendiri  maupun  karya  seni  rupa  ciptaan orang lain. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai manfaat belajar seni rupa bagi anak usia SD, karakteristik seni rupa anak, periodisasi gambar anak.

1.2    Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.    Bagaimana manfaat belajar seni rupa bagi anak usia SD ?
2.    Bagaimana karakteristik seni rupa anak ?
3.    Bagaimana periodisasi gambar anak ?
1.3    Tujuan Penulisan
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1.  Menjelaskan manfaat belajar seni rupa bagi anak usia SD.
2.  Menjelaskan karakteristik seni rupa anak.
3.  Menjelaskan periodisasi gambar anak.

1.4    Manfaat Penulisan
Adapaun mamfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa sebagai calon guru, diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai karakteristik seni rupa anak dan manfaat belajar seni rupa bagi anak usia SD. Yang nantinya dapat disalurkan kembali kepada siswa.
2.    Bagi Masyarakat
Semoga makalah ini dapat memperluas pengetahuan masyarakat sehubungan karakteristik seni rupa anak dan manfaat belajar seni rupa bagi anak usia SD.
3.    Bagi Penulis
Melalui makalah ini, penulis dapat menyalurkan dan menuangkan hasil belajarnya.


BAB II
PEMBAHASAN

MODUL 10: APRESIASI SENI RUPA ANAK

2.1    Manfaat Belajar Seni Rupa Bagi Anak Usia SD

Secara garis besar manfaat belajar seni rupa bagi anak sebagai berikut:
1.    Seni rupa sebagai bahasa visual
Proses komunikasi yang terjadi ketika anak menggambar sebenarnya adalah komunikasi intrapersonal dimana semua kejadian ingin disatukan dalam gambar anak. Komunikasi ini sebagai bahasa rupa (visual), dimana angan dan pkiran diungkapkan lewat bentuk-bentuk.
Dalam kehidupan sehari-hari bisa dikatakan bahwa prilaku anak dekat dengan kegiatan berkesenian, tiada hari tanpa gambar atau seni. Berseni merupakan kebutuhan anak dalam:  Mengutarakan pendapat, Berkhayal-berimajinasi, Bermain, Belajar, Memahami bentuk yang ada disekitar anak, Merasakan: Kegembiraan, Kesedihan, dan Rasa Keagamaan. Kecerdasan visual yang ada dalam pelajaran seni rupa sebenarnya dibutuhkan oleh anak dalam menanggapi lingkungan. Berarti pelajaran seni adalah upaya untuk memahami sekeliling melalui latihan daya ingat segabai habasa visual.

2.    Seni rupa membantu pertumbuhan mental
Sebagaimana contoh di atas seni rupa sebagai bahasa visual merupakan perkembangan simbol rupa yang terjadi pada saat anak ingin menyatakan bentuk yang dipikirkan, dirasakan atau dibayangkan melalui karya seni rupanya. Bentuk-bentuk tersebut hadir bersamaan dengan perkembangan usia mental anak.
Pada dasarnya perkembangan emosi anak usia dini ditandai oleh perkembangan keseniannya. Dari hasil karya seni seorang anak kita mampu melihat pertumbuhan mentalnya secara abstrak. Sekitar usia 7 sd 8 tahun (antara kelas 1 dan 2) merupakan usia perkembangan penalaran anak, maka pikiran dan perasaan anak pun mulai berkembang memisah. Hasilnya, terdapat anak yang kuat penalarannya atau kuat perasaannya. Biasanya tipe anak yang kuat penalarannya cenderung menggambar dengan nuansa garis lebih dominan, maka figur atau obyek lukisan ditampilkan lebih relaistik. Sedangkan, anak bertipe perasaan (emosional), ditunjukkan dalam gambar berupa blok-blok warna yang kuat, dimana terdapat satu figur yang diberi warna lebih menyolok dari pada yang lain.
Dalam pandangan psikologi humanistik perkembangan anak tidak saja dipengaruhi oleh faktor lingkungan (teori behavioral) seperti teman-teman disekelilingnya, guru kelas, atau pun orang tua saja, melainkan juga berasal dari faktor instink sebagai internal faktor (teori psikoanalisis). Biasanya, kedua faktor tersebut berjalan saling mempengaruhi secara berimbang. Misalnya: fisik, intelektual, emosional, dan interpersonal, serta interaksi antara semua faktor, yang mempengaruhi belajar dan motivasi belajar. Psikoanalisis sendiri menyatakan bahwa dalam jiwa manusia berkembang kognisi, afeksi dan psikomotorik. Barangkali perkembangan ketiga ranah kejiwaan pun juga mempengaruhi perkembangan mental dan selanjutnya berpengaruh terhadap cara cipta seni rupa. Psikologi humanistik sendiri merupakan cabang Psikologi yang memfokuskan pandangannya tentang teori persepsi, respon terhadap kebutuhan internal individu, dan dorongan aktualisasi diri, atau menjadi apapun yang di inginkan (Maslow, dalam Eggen & Kauchak, 1997).
Selanjutnya perkembangan intelektual, emosional maupun persepsi dapat dikategorikan sebagai perkembangan mental. Proses ini bisa dianalisa, bahwa dalam proses berkarya, kinerja anak dikoordinasi oleh otak dan otak sendiri akan bekerja karena skema dari mata. Mata mencari bentuk yang mungkin bisa diserahkan kepada otak untuk diubah, dari bentuk menuju memori dan diungkapkan menjadi gambar. Anak yang mempunyai kecerdasan emosional kinerja tangan lebih terampil dan tanpa takut mengembangkan ke dalam bentuk tugas sehari-hari yang rutin. Dengan demikian proses menggambar merupakan kinerja bersama dari otak kanan maupun kiri. Kecerdasan visual yang ada dalam pelajaran seni rupa sebenarnya dibutuhkan oleh anak dalam menganggapi lingkungan. Berarti belajar seni rupa adalah upaya untuk memahami sekeliling melalui latihan daya ingat. Proses memahami lingkungan yang berkaitan dengan otak melalui citra-citra asosiatif dilakukan komunikasi secara metaforis-simbolis. Sebab, di dalam otak terdapat beberapa pikiran yang dikelilingi asosiasi.

3.    Seni rupa membantu dibidang yang lain
Kemampuan anak dalam mengaktualisasikan apa yang dilihat menjadi sebuah karya seni, akan membantu pertumbuhan dan perkembangan anak pada bidang yang lain. Dalam mendidik dan membimbing anak diperlukan pengembangan kecerdasan, yang berupa: lingusitik (bahasa), matematika, visual/spasial, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intrapersonal maupun intuisi. Kecerdasan ini akan dimunculkan oleh setiap mata pelajaran, namun demikian mempunyai karakteristik tugas; misalnya lingusitik mengembangkan kenberanian tampil mengemukakan pendapat. Jika seorang anak tidak berani tampil maka pengetahuannya pun relatif tidak berkembang, maka kesemuanya harus dilatihkan agar berjalan beriringan.
Kemampuan seni rupa yang dimiliki seorang anak akan membantu melatih bidang-bidang yang lain, sebagai contoh. Anak yang mampu mengatualisasikan karya seninya dengan baik, sudah tentu akan mampu mengungkapkan perasaaannya berupa linguistik (bahasa) yang baik. Dari karya seni rupa yang dihasilkan secara tidak langsung juga akan melatih kemampuan matematika anak agar dapat menghasilkan karya yang baik.

2.2    Karakteristik Seni Rupa Anak

1.    Istilah Menggambar dan Melukis
Pengertian menggambar atau melukis tidaklah memiliki arti yang sama. Melukis ialah kegiatan menggambar dengan lebih mengutamakan pengungkapan kesan batin dari pribadi seorang pelukis dengan daya kreasinya sendiri atau tidak memiliki media yang sudah ada. Seorang pelukis dalam berkarya seni lukis tidak hanya meniru kepada karya yang sudah ada atau jadi atau obyek yang sudah ada, tetapi muncul spontan dari gagasan dan coretannya sendiri. Ide atau gagasan tersebut telah diungkapkan melalui media kertas atau kanvas.
Melukis bisa dilakukan oleh siapa saja, yang mempunyai bakat sejak dini sampai pelukis atau seniman ulung sekalipun dan di dalam melukis seniman biasanya diwarnai oleh karakter masing-atau ciri khas masing seniman. Dengan demikian setiap seniman mempunyai ciri watak kepribadian dalam pengungkapan idenya secara kreatif.
Menggambar ialah sederhana yang bisa meniru suatu benda di dalam bentuk dua dimensi tanpa banyak melibatkan emosi atau ekspresi dari penciptanya secara berlebihan. Dengan kata lain pengungkapan ekspresi pencipta yang dibatasi. Sebuah gambar yang lebih mengutamakan tema, cerita, atau gagasan penciptanya, sedangkan di dalam melukis pembuat bisa mengekspresikan obyek lukis sesuai daya kreatifnya.
Praktek melukis tidak sulit, karena di dalam melukis yang paling penting terdapat pada keberanian dan kemauan di dalam mencoretkan atau memulaskan garis dengan memakai berbagai media yang telah ada, media yang dipakai dalam melukis antaranya sebagai berikut : pena, pensil, kuas, pastel, tinta, krayon, cat minyak, cat air, cat poster dan lain sebagainya. Sedangkan dalam bidang menggambar yang dipakai bisa berupa kertas, kanvas atau yang lain.

2.    Tema Karya Seni Rupa Anak
Istilah tema berasal dari bahasa Latin yang berarti tempat meletakkan suatu perangkat. Disebut demikian karena tema merupakan Inti atau ide dasar sebuah cerita. Tema merupakan ide pokok atau makna yang terkandung dalam sebuah cerita. Menurut Keraf, tema merupakan suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis lewat karangan atau pun karya sastranya. Secara garis besar tema seni rupa dapat dibedakan menjadi enam jenis yaitu:
a.    Manusia dan dirinya sendiri
Dirinya sendiri dapat dijadikan objek perwujudan ungkapan cita rasa keindahan. Contoh : Pelukis Ekspresionis nusantara Affandi menjadikan dirinya  sebagai objek lukisan dengan judul “Potret Diri”.

b.    Hubungan manusia dengan manusia lain.
Manusia dalam mengekspresikan cita rasa keindahan  orang-orang sekitar  sebagai objek lukisan. Misal : Istrinya, anak, orang tua, saudara.
c.    Hubungan manusia dengan alam sekitarnya
Alam yang ada disekitar kita dapat juga dijadikan objek karya seni rupa
d.    Hubungan Manusia dengan Kegiatannya
Manusia dalam kehidupan sehari - hari selalu melakukan aktifitas  atau kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya
e.    Manusia dengan alam benda
Alam benda yang dijadikan obyek karya seni rupa bermacam-macam, seperti bentuk silindris, kubistis, atau bentuk bebas.
f.    Manusia dengan alam khayal
Dialam pikiran manusia sering muncul gagasan-gagasan, imajinasi atau khayalan. Bahkan khayalan yang ada dalam benak kita sering muncul dalam mimpi. Untuk mewujudkan khayalan  itu manusia mengekspresikan melalui karya seni rupa. Sehingga sering kita melihat karya seni rupa yang menampilkan alam yang tidak kita jumpai.

3.    Ciri Umum Lukisan Anak terdiri dari:
a.    Gaya wiracerita (heroisme)
Yaitu lukisan yang menggambarkan cerita kepahlawanan, kepatriotan. Pada kesempatan ini anaka akan mengungkapkan jiwa patriot misalnya: penokohan seseorang yang ditandai dengan tema perkelahiaan.
b.    Gaya dekoratif
Yaitu lukisan yang ditandai dengan munculnya bentuk-bentuk konturistik (berupa garis) dan jka warna yang dipilih berupa blok warna dengan sedikit nuansa (teknik menguraikan warna).
c.    Gaya komik
Gaya komik adalah ilustrasi gambar yang bersambung dari satu panel ke panel berikutnya. Dengan kata lain ilustrasi yang penuh gambar.

d.    Gaya potret
Gaya potret adalah ciri lukisan yang menggambarkan wajah seseorang, baik tokoh idola maupun tokoh yang sering bergaul dalam kehidupan sehari-hari. Gaya potret mengangkat objek dalam posisi bentuk wajah ¾ badan, kepala saja, dan utuh seluruh tubuh.

4.    Komposisi karya seni rupa anak
a.    Posisi tumpang tindih
Gambar Tumpang Tindih antara satu objek dengan objek-objek yang lainnya. Ada objek berada didepan yang menghalangi keberadaan objek-objek yang berada dibelakangnya atau sebaliknya. Pada tahap ini anak mulai ada pemahaman terhadap adanya unsur ruang dalam gambar.
b.    Bertumpu pada garis dasar
Unsur visual garis adalah dasar dari semua gambar. Ini adalah yang pertama dan paling serbaguna dari elemen-elemen visual. Garis dalam sebuah karya seni dapat digunakan dalam berbagai cara. Hal ini dapat digunakan untuk membuat bentuk, pola, struktur, pertumbuhan, kedalaman, jarak, irama, gerakan dan berbagai emosi dalam komposisi dalam seni rupa. Sebagai contoh garis vertikal menunjukkan kekuatan dan kepemimpinan. Garis horizontal dapat memberitahu Anda tentang jarak dan ketenangan. Garis diagonal biasanya berarti tindakan dan yang akan akan terjadi.
c.    Rebahan
Sifat  ini  merupakan  peristiwa  yang  lucu  namun  logis  buat  anak-anak. Disebut juga sifat tegak lurus atau sifat rabatemen. Benda apa saja yang berdiri tegak pada suatu garis dasar akan dilukis tegak lurus pada garis dasar  tersebut  meskipun  garis  dasar  itu  berbelok  atau  miring  arahnya. Akibatnya semua benda tampak rebah atau malah terjungkir
d.    Stereo type
Komposisi Stereo type disebut juga komposisi ritmis adalah susunan elemen bentuk yang diulang-ulang, sebagai contoh gambar padi pada kotak sawah.
e.    X-Ray atau transparent
X-Ray  (transparan),  misalnya ditunjukkan dengan  gambar  bunga  dan  pohon  yang seharusnya  akar-akarnya  berada  di dalam  tanah  atau  tidak  terlihat,  tetapi pada gambar ini tetap diperlihatkan

5.    Tipe gambar anak
a.    Haptic
Gambar  anak  yang memiliki  tipe haptik menunjukkan kecenderungan  ke arah  kebentukan  yang  lebih  visual-emosional  atau  upaya  penggambaran  secara subyektif  yang  berisi  tentang  ekspresi  pribadi  dalam  merespon  lingkungannya. Benda  yang  digambarkam  merupakan  reaksi  emosional  melalui  perabaan  dan penghayatannya  di  luar  pengamatan  visual.  Biasanya  benda  yang  dianggap penting  digambarkan  lebih  penting  dibuat  dengan  ukuran  lebih  besar dibandingkan dengan benda yang kurang penting. Dalam  gaya  lukisan,  gambar  anak  yang  bertipe  haptik  dapat  disamakan dengan  lukisan  bergaya  ekspresionisme.  Lukisan  ekspresionisme  adalah  karya lukis yang memperlihatkan ungkapan rasa secara spontan, dan sebagai pernyataan obyektif  dari  dalam  diri  pelukisnya  ( inner  states) . Lukisan yang bersifat ekspresionistis nampak berkesan sangat subyektif dari kebebasan pribadi masing-masing pelukisnya.
b.    Non-haptic
Non-haptic disebut juga tipe visual  yaitu  gambar  yang  mudah diidentifikasi oleh orang lain dan bentuk disusun  sesuai  dengan  cerita/hanya sekedar  menyusun  bentuk  sederhana.

2.3    Periodisasi Gambar Anak

1.    Periode gambar anak berdasarkan usia
a.    Masa coreng menyoreng (usia 1-4 tahun)
Pada  awalnya,  coretan  hanya  mengikuti  perkembangan  gerak motorik.  Biasanya,  tahap  pertama  hanya  mampu  menghasilkan  goresan  terbatas, dengan arah vertikal atau horizontal. Hal  ini tentunya berkaitan dengan kemampuan motorik  anak  yang  masih  mengunakan  motorik  kasar.  Kemudian,  pada perekembangan  berikutnya  penggambaran  garis  mulai  beragam  dengan  arah  yang bervariasi pula. Selain itu mereka juga sudah mampu mambuat garis melingkar. Periode ini  terbagi ke dalam  tiga tahap, yaitu:
1)    Corengan Tak Beraturan,
Ciri  gambar yang dihasilkan anak pada tahap  corengan tak beraturan  adalah bentuk  gembar  yang  sembarang,  mencoreng  tanpa  melihat  ke  kertas,  belum  dapat membuat corengan berupa lingkaran dan memiliki semangat yang tinggi.
2)    Corengan Terkendali, dan
Corengan  terkendali  ditandai  dengan  kemampuan  anak  menemukan  kendali  visualnya  terhadap  coretan  yang  dibuatnya.  Hal  ini  tercipta  dengan  telah  adanya kerjasama  antara  koordiani  antara  perkembangan  visual  dengan  perkembamngan motorik.  Hal  ini  terbukti  dengan  adanya  pengulangan  coretan  garis  baik  yang  horizontal , vertical, lengkung , bahkan lingkaran.
3)    Corengan Bernama.
Corengan  bernama  merupakan  tahap  akhir  masa  coreng  moreng.  Biasanya terjadi  menjelang  usia  3-4  tahun,  sejalan  dengan  perkembangan  bahasanya  anak  mulai  mengontrol  goresannya  bahkan  telah  memberinya  nama,  misalnya:  “rumah”, “mobil”,  “kuda”.  Hal  ini  dapat  digunakan  oleh  orang  tua  atau  guru  pada  jenjang pendidikan  usia  dini  (TK)  dalam  membangkitkan  keberanianan  anak  untuk mengemukakan  kata-kata  tertentu  atau  pendapat  tertentu  berdasarkan  hal  yang digambarkannya.

b.    Masa prabagan (preschematik) usia 4-7 tahun
Kecenderungan  umum  pada    tahap  ini,  objek  yang  digambarkan  anak biasanya  berupa  gambar  kepala-berkaki.  Sebuah  lingkaran  yang  menggambarkan kepala kemudian pada bagian bawahnya ada dua garis sebagai pengganti kedua kaki.  Ciri-ciri  yang  menarik  lainnya  pada  tahap  ini  yaitu  telah  menggunakan bentuk-bentuk  dasar  geometris  untuk  memberi  kesan  objek  dari  dunia  sekitarnya. Koordinasi  tangan  lebih  berkembang.  Aspek  warna  belum  ada  hubungan  tertentu dengan  objek,  orang  bisa  saja  berwarna  biru,  merah,  coklat  atau  warna  lain  yang disenanginya. Penempatan  dan  ukuran  objek  bersifat  subjektif,  didasarkan  kepada kepentingannya. Ini  dinamakan  dengan  “perspektif batin”. Penempatan objek dan penguasan ruang belum dikuasai anak pada usia ini.

c.    Masa bagan (schematic) usia 7-9 tahun
Pada tahap ini konsep bentuk mulai tampak lebih jelas. Anak cenderung mengulang bentuk. Gambar      masih  tetap  berkesan  datar  dan  berputar  atau  rebah  (tampak  pada penggambaran pohon di kiri kanan jalan yang dibuat tegak lurus dengan badan jalan, bagian  kiri  rebah  ke  kiri,  bagian  kanan  rebah  ke  kanan).  Pada  perkembangan selanjutnya kesadaran ruang muncul dengan dibuatnya garis pijak (base line). Penafsiran  ruang  bersifat  subjektif,  tampak  pada  gambar  “tembus  pandang” (contoh:  digambarkan  orang  makan  di  ruangan,  seakan-akan  dinding  terbuat  dari kaca).  Gejala  ini  disebut  dengan  idioplastis  (gambar  terawang,  tembus  pandang). Misalnya  gambar  sebuah  rumahyang  seolah-olah  terbuat  dari  kaca  bening,  hingga seluruh isi di dalam rumah kelihatan dengan jelas.

d.    Masa realisme awal (drawing realism)
Pada  periode  Realisme  Awal,  karya  anak  lebih  menyerupai  kenyataan. Kesadaran perspektif mulai muncul, namun berdasarkan penglihatan sendiri. Mereka menyatukan  objek  dalam  lingkungan.  Perhatian  kepada  objek  sudah  mulai rinci.  Namun  demikian,  dalam  menggambarkan  objek,  proporsi  (perbandingan ukuran) belum dikuasai sepenuhnya.  Pemahaman  warna  sudah  mulai disadari. Penguasan konsep  ruang mulai  dikenalnya sehingga  letak  objek  tidak lagi  bertumpu  pada  garis  dasar,  melainkan  pada  bidang  dasar  sehingga  mulai ditemukan  garis  horizon.  Selain  dikenalnya  warna  dan  ruang,  penguasaan  unsur  desain seperti keseimbangan dan irama mulai dikenal pada periode ini.
Ada  perbedaan  kesenangan  umum,  misalnya:  anak  laki-laki  lebih  senang kepada menggambarkan kendaraan, anak perempuan kepada boneka atau bunga.

e.    Masa realisme semu (pseudo Realism) usia 11-14 tahun
Pada masa ini, gambar yang dibuat sesuai dengan obyek yang dilihatnya, sehingga timbul minat terhadap naturalisme, terutama pada anak yang bertipe visual. Anak menjadi kritis terhadap karyanya sendiri. Ia mulai memperhitungkan kualitas tiga dimensi (perspektif). Mereka mampu menyerap apa yang mereka lihat, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti dari buku-buku komik, kalender, bahkan dari media visual lainnya (televisi, majalah, Koran dan lain-lain). Oleh karenanya, alangkah lebih baiknya apabila sebagai orang tua kita mau mengambil langkah pertama, membuat suatu perubahan dalam membebaskan kreatifitas anak “Membebaskan” anak menggambar sama dengan membebaskan anak dalam menuangkan imajinasi dan mengungkapkan dirinya melalui gambar. Melalui menggambar, secara tanpa disadari anak dapat belajar memecahkan persoalan yang dihadapi. Dengan menggambar anak dapat bermain dan berekspresi dengan sepuas-puasnya. Jadi, tugas guru dan orang tua sebaiknya tidak mengajarkan konsep pendidikan seperti di masa lalu, dimana anak dianggap sebagai mahluk yang lemah, serba tidak tahu. Tugas orang dewasa hanyalah mengembangkannya secara alami.


BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan uraian permasalahan pada Bab II, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1)    Secara garis besar manfaat belajar seni rupa bagi anak sebagai berikut: a) Seni rupa sebagai bahasa visual, b) Membantu pertumbuhan mental, dan c) Membantu mengembangkan bidang yang lain
2)    Karya seni rupa memiliki beberapa karakteristik dengan ciri umum lukisan anak meliputi gaya wiracerita, gaya dekoratif, gaya komik, gaya potret, serta karakteristik seni rupa memiliki tipa gambar haptic dan nn-haptic.
3)    Seccara umum  periodesasi gambar anak dapat dibedakan menjadi masa coreng menyoreng, masa prabagan, masa bagan, masa realisme awal, dan masa realisme semu.

3.2    Saran
Berkaitan dengan pembahasan permasalahan pada bab sebelumnya, maka disaran kepada:
1)    Mahasiswa sebagai calon guru dan guru-guru khususnya disekolah dasar agar dapat menggali dan lebih mengembangkan wawasan mengenai cara mengembangkan pembelajaran yang mampu meningkatkan peran aktif siswa melalui strategi pembelajaran Inquiry. Sehingga perkembangan ilmu pengetahuan semakin luas, dan proses penyaluran materi pembelajaran semakin efektif dan efisien.
2)    Masyarakat, untuk dapat lebih mengembangkan pengetahuan dan wawasannya mengenai cara mengembangkan pembelajaran yang mampu meningkatkan peran aktif siswa, khususnya melalui strategi pembelajaran Inquiry. Agar nantinya dapat menyalurkan pengetahuannya di tengah-tengah kehidupan  sosial.
3)    Pembaca, untuk dapat memberikan koreksi bagi penulis guna penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Sipahelut, Atisah. 1995. Seni Rupa dan Desain. Jakarta: Erlangga
Sunaryo, Aryo. 2000. Nirmana, Buku paparan perkuliahan mahasiswa. Semarang: UNNES
Mulyasari,  Effy.2011.  Pedagogik  Praktis yang  Berkualitas.Rizqi  Press. Bandung.
MunandarUtami.  2004.  Perkembangan Kreativitas  Anak  Berbakat.  Pusat Perbukuan Depdiknas. Jakarta.
Nazir,  Moh.  2005.  Metode  Penelitian. Ghalia Indonesia.

Terimakasih telah berkunjung di Blog kami dan membaca artikel ini. Semoga bermanfaat. Setiap Follow, Like, dan Share Sangat Memotovasi saya untuk terus berkarya... Sampai jumpa.!!

PENYUSUNAN RANCANGAN PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP DAN PENYUSUNAN RANCANGAN PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

PENYUSUNAN RANCANGAN PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP DAN PENYUSUNAN RANCANGAN PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

2.3 Penyusunan Rancangan Pembelajaran Kelas Rangkap
2.3.1    Cara penilaian terhadap pelaksanaan PKR
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penilaian terhadap pelaksanaan PKR yaitu:
1.    Mengecek keterlaksanaan jadwal
2.    Mengecek keterlaksanaan pembelajaran di kelas-kelas yang dirangkap
3.    Mencatat materi pelajaran yang tidak sempat diajarkan
4.    Mencatat kegiatan yang tertunda
5.    Mencatat tugas-tugas yang harus diberikan kepada murid hari Minggu berikutnya
6.    Mencatat pertanyaan siswa yang belum terjawab
7.    Mencatat siswa-siswa yang belum terlibat aktif dalam belajar
8.    Mencatat hal-hal yang perlu diperbaiki dalam PKR
9.    Mencatat hal-hal yang memuaskan dan mengecewakan anda sebagai guru dalam PKR
10.    Mencatat hal-hal yang perlu dibicarakan dengan guru lain
  
2.3.2 Bagaimana memanfaatkan hasil penilaian proses belajar murid dalam memperbaiki PKR
Perbaikan program dan proses pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan program dan kegiatan pembelajaran. Misalnya, guru dapat mengambil keputusan terbaik dan cepat untuk memberikan bantuan optimal kepada kelas dalam mencapai kompetensi yang telah ditargetkan dalam kurikulum, atau guru harus mengulang pelajaran dengan mengubah strategi pembelajaran, dan memperbaiki program pembelajarannya.
2.4    Petunjuk pelaksanaan praktik mata kuliah PKR
2.4.1    Penyusunan rancangan pembelajaran kelas rangkap
1.    Menetapkan model PKR, secara umum ada 3 model yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yaitu: 1) Pada model PKR 221 ini, seorang guru mengajar dua kelas misalkan kelas 5 dan kelas 6, dengan dua mata pelajaran IPS dan IPA, dalam satu ruangan; 2) Model pembelajaran kelas rangkap 222, guru menghadapi dua kelas. Misalnya kelas 5 dan kelas 6, untuk mengajar mata pelajaran matematika di kelas 5 dan IPA di kelas 6. Topik yang diajarkan tidak memiliki saling keterkaitan. Proses pembelajaran berlangsung dalam dua ruangan berdekatan yang berhubungan dengan pintu; 3) Pada model pembelajaran kelas rangkap 333 guru menghadapi tiga kelas untuk mengajarkan tiga mata pelajaran. Misalnya kelas 4 dengan mata pelajaran matematika, kelas 5 dengan mata pelajaran IPS, dan kelas 6 dengan mata pelajaran IPA dalam tiga ruangan.
2.    Menyusun rancangan PKR untuk kegiatan praktik dan simulasi
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berisi langkah-langkah pembelajaran secara rinci (kegiatan awal, inti, dan penutup) dan merupakan pengembangan dari silabus yang ada. Strategi pengajaran dan pengorganisasian peserta didik juga harus nampak dalam RPP.
Hal yang perlu mendapat penekanan di sini adalah:
a.    Guru tidak mengajar dua kelas tepisah secara bergantian dengan program yang berbeda.
b.    Pembelajaran dilakukan secara tematik, namun untuk kompetensi-kompetensi tertentu yang tidak dapat diikat dengan tema tetap diajarkan secara terpisah.
c.    Strategi pembelajaran yang dipilih guru dalam kelas rangkap disesuaikan dengan banyaknya jumlah peserta didik dan dengan menggunakan kombinasi berbagai metode pembelajaran.
d.    Strategi pembelajaran hendaknya mencerminkan pembelajaran yang berbeda dan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).

2.4.2    Pelaksanaan praktek dan simulasi pembelajaran kelas rangkap
Berikut ini rambu-rambu pelaksanaan praktek PKR di kelas:
a.    Konsultasikan proses praktek PKR yang harus dengan kepala sekolah dan meminta izin untuk praktek. Kemudian mencari teman sejawat sesama guru dari tingkat kelas yang berbeda untuk dimintai bantuannya sebagai mitra mengajar dan mengobservasi penampilan selama melakukan praktek PKR.
b.    Menyiapkan siswa-siswa di kelas dan menerangkan skenario praktek PKR yang akan dilakukan.

2.4.3    Alat penilaian pelaksanaan praktek dan simulasi pembelajaran kelas rangkap

Contoh: Lembar Penilaian Simulasi Pembelajaran Kelas Rangkap
Identitas
1.    Nama Mahasiswa    :
2.    N I M        :
3.    Model PKR    : 221 / 222 (Pilih Salah Satu)
4.    Tema / Topik    :
5.    Kelas / Semester    :

Berilah tanda check (√) pada salah satu pilihan antara skala penilaian 1, 2, 3, 4, atau 5 sesuai hasil pengamatan tutor, dan isilah dengan berapa menit para mahasiswa menghabiskan waktu simulasi untuk masing-masing aspek perilaku yang ditampilkan. Apabila ada komentar khusus mengenai aspek yang diamati dapat diuraikan pada kotak komentar di bawahnya.

SOAL PENILAIAN HARIAN: KELAS 6 TEMA 9 SUBTEMA 3

 SOAL PENILAIAN HARIAN: KELAS 6 TEMA 9 SUBTEMA 3 Memuat… Waktu Pengerjaan: 20:00 menit!